Salah satu belas kasih Allah subhanahu
wata’ala terhadap orang-orang shalih yakni Allah subhanahu
wata’ala memberikan kepada mereka dua kebahagiaan; Kebahagiaan
dunia dan akhirat. Dan perlu kita ketahui bahwa rasa bosan hidup yang
Allah berikan kepada orang yang banyak melakukan maksiat, atau mencari kebahagian bukan dengan cara yang
Dia ridhai, akan menjadikan sempit kehidupan dunia mereka sehingga
mereka merasa terus tertekan. Maka orang yang demikian ini meskipun
berada dalam kehidupan yang glamour dan penuh gemerlap, namun
senantiasa merasa tersiksa hidupnya. Mengapa demikian?
Mengapa mereka yang banyak menikmati
musik, mengunjungi tempat-tempat “hiburan” (baca maksiat), meminum
khamer, melihat yang haram dan lain sebagainya, hanya menikmati itu
dalam sesaat lalu setelah itu berubah menjadi kesempitan, kegalauan dan
kesedihan?
Jawabannya yakni karena Allah subhanahu
wata’ala menciptakan manusia untuk satu tugas, yang tidak akan
mungkin kehidupan menjadi lurus jika dia melupakan tugas itu dan sibuk
dengan selainnya. Tugas itu tidak lain adalah beribadah, sebagaimana
firman-Nya, artinya,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzariyat:56)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzariyat:56)
Jika seseorang menggunakan jasad dan
ruhnya untuk sesuatu yang bertetangan dengan tujuan dari penciptaannya
maka kehidupan akan menjadi berantakan. Sebagai contoh, ketika seseorang
sedang berjalan kaki, lalu sandalnya tiba-tiba putus, kemudian dia
mengatakan, “Tidak apa-apa saya menggunakan peci saya untuk alas kaki.
Lalu dia berjalan dengan alas peci tersebut. Maka orang yang melihatnya
tentu akan mengatakan sebagai orang gila, karena peci adalah untuk
tutup kepala bukan untuk alas kaki. Demikian pula ketika seseorang
ingin menulis tidak menggunakan pena, namun menggunakan sepatu
misalnya, maka jelas tidak akan dapat menulis dengannya.
Demikian pula manusia, dia diciptakan
untuk beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu
wata’ala. Maka barang siapa yang menggunakan hidupnya bukan untuk
fungsi itu dia akan celaka dan sengsara. Jika anda memperhatikan
kondisi suatu masyarakat atau bangsa yang kehidupannya bukan untuk
beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, maka akan anda
dapati mereka dalam keadaan rusak. Sehingga tidaklah mengherankan jika
terlontar pertanyaan, “Mengapa tingkat kasus bunuh diri di negara yang
menggunkan sistem kebebasan sangat tinggi? Mengapa di Amerika terjadi
lebih dari dua puluh lima ribu kasus bunuh diri setiap tahunnya?
Demikian pula kasus yang terjadi di Inggris, Peracis, Swedia dan
lain-lain? Mengapa mereka bunuh diri? Apakah mereka tidak mendapati
khamer secara bebas untuk diminum? Tidak, bahkan khamer dan minuman
sejenis amatlah banyak di sembarang tempat. Apakah tidak ada
negeri-negeri tempat melancong? Bahkan amat banyak negeri-negeri yang
luas tempat mereka bersenang-senang. Lalu apakah mereka tidak diberi
kebebasan untuk ini dan itu, apakah mereka dilarang berzina? Apakah
tidak ada sarana hiburan, tempat-tempat permainan dan sejenisnya?
Tidak sama sekali! Bahkan mereka
melakukan apa saja yang mereka inginkan. Hidup dengan berbagai
kesenangan dunia dan kehidupan seksual bebas, dan hal itu selalu ada di
depan mata mereka. Jika demikian, mengapa mereka bunuh diri, mengapa
mereka bosan hidup, mengapa mereka memilih mati dan meninggalkan
khamer, zina dan segala permainan hidup?
Jawabannya sangatlah sederhana, yaitu
sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. (QS. 20:124)
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. (QS. 20:124)
Mereka selalu mendapatkan kesempitan
hidup saat kedatangan dan kepergian mereka, dalam safar dan mukimnya
mereka, ketika makan dan minum, tatkala berdiri dan duduk, selalu
menyertai dalam tidur dan bangunnya dan dalam seluruh kehidupan mereka
hingga mati.
Barangsiapa yang berpaling dari Allah subhanahu
wata’ala dan peringatan-Nya, maka Allah akan memasukkan rasa
ketakutan dan kesedihan di dalam hatinya. Dia berfirman, artinya,
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim”. (QS. 3:151)
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim”. (QS. 3:151)
Sedangkan orang yang mengenal Rabbnya,
selalu menghadap kepada-Nya dengan sepenuh hati maka mereka mendapatkan
kebahagiaan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. 16:97)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. 16:97)
Seorang Syaikh mengisahkan, “Aku pernah
pergi berobat ke Inggris, dan aku masuk ke salah satu rumah sakit
ternama yang ada di sana. Pasien yang masuk ke rumah sakit ini adalah
orang-orang besar, pejabat tinggi dan para menteri. Ketika seorang
dokter masuk ke ruanganku dan melihat penampilanku, dia berkata, “Anda
seorang muslim? Aku menjawab, “Ya!” Dia lalu berkata, “Ada satu problem
yang membuatku bingung setelah aku mengenal diriku, apakah mungkin anda
mendengarkan apa yang saya alami? Aku jawab, “Tentu!
Dia lalu memulai ceritanya,” Aku
memiliki harta yang melimpah, pekerjaan yang sangat mapan, ijazah yang
tinggi, dan aku telah mencoba seluruh kesenangan hidup, aku meminum
berbagai jenis minuman keras, melakukan perzinaan dan seks bebas, pergi
melancong ke negara ini dan itu. Akan tetapi mengapa aku selalu
merasakan kesempitan hidup dan bosan dengan berbagai kesenangan itu?
Aku telah berkali-kali mendatangi psikolog dan bahkan beberapa kali aku
ingin mencoba bunuh diri, barangkali dengan itu aku mendapatkan
kehidupan lain yang di sana tidak ada lagi kejenuhan dan kesempitan.
Apakah anda tidak merasakan kejenuhan dan kesempitan di dalam hidup
ini?” Aku katakan kepadanya, “Tidak, bahkan aku terus merasakan
kebahagiaan, dan aku akan tunjukkan kepada anda jalan keluar dari
masalah yang sedang anda hadapi, tetapi tolong jawab dulu pertanyaan
saya!
“Jika anda ingin memuaskan mata anda
maka apa yang anda lakukan? Dia menjawab, “Aku melihat wanita cantik
dan pemandangan yang indah.” Aku bertanya lagi, “Jika anda ingin
memuaskan telinga anda maka apa yang anda lakukan? Dia berkata, “Aku
mendengarkan musik yang merdu.” Aku bertanya lagi, “Jika yang ingin
anda puaskan adalah penciuman hidung maka apa yang anda lakukan? Dia
lalu menjawab, “Aku mencium parfum atau pergi ke taman (untuk mencium
bunga).”
Aku lalu berkata kepadanya, “Baiklah…
sekarang saya bertanya, “Ketika anda ingin memuaskan mata, mengapa anda
tidak mendengarkan musik saja?” Maka dia pun terheran-heran dan
berkata, “Tidak mungkin, karena musik adalah khusus untuk dinikmati
telinga.” Lalu aku bertanya lagi, “Dan ketika anda ingin memuaskan
penciuman hidung mengapa anda tidak melihat pemadangan yang indah?” Dia
semakin heran dengan pertanyaanku, lalu berkata, “Tidak mungkin karena
melihat pemandangan adalah untuk memuaskan mata.”
Aku pun berkata, “Baik, kini aku telah
sampai kepada apa yang aku inginkan dari diri anda. “Apakah anda
merasakan jenuh di mata anda? Dia menjawab, “Tidak! Lalu apakah anda
merasakannya di telinga anda, di hidung, mulut dan kemaluan anda? Dia
menjawab, “Tidak, tetapi aku merasakan itu di dalam hatiku, di dalam
dadaku.” Aku berkata, “Anda merasakan kesempitan itu di dalam hati
anda, padahal hati juga membutuhkan kepuasan tersendiri yang tidak akan
mungkin dipenuhi dengan cara memuaskan anggota badan selainnya. Maka
anda harus mengetahui apa saja yang dapat memberikan kepuasan hati
(batin). Karena dengan mendengarkan musik, meminum khamer, memandang
dan berzina yang anda lakukan itu tidak akan mungkin dapat memuaskan
hati anda.”
Orang tersebut keheranan lalu berkata,
“Anda benar, lalu bagaimanakah cara untuk memuaskan hatiku?” Aku
katakan, “Dengan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
utusan Allah, dan anda bersujud di hadapan Allah yang menciptakan, anda
mengadukan segenap kesedihan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan dengan itu anda akan merasakan kehidupan yang lapang, penuh
ketenangan dan kebahagiaan.” Dia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya
seraya berkata, “Berikan kepadaku buku tentang Islam dan berdoalah
untukku, aku akan masuk Islam,” tambahnya.
Maka aku pun menyelesaikan pengobatanku
di sana, lalu setelah itu pulang kembali ke negeriku. Dan aku berharap
orang itu benar-benar masuk Islam setelah itu. Benarlah firman Allah subhanahu
wata’ala, artinya,
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus :57-58)
Sumber: “Hal tabhatsu ‘an
wadzifah,” hal 31-35, Dr. Muhammad bin Abdur Rahman al-’Arifi [Ibn
Djawari
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus :57-58)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar