Inilah nasehat dari hati ke hati, dari hati yang
penuh dengan kesedihan dikarenakan fenomena permusuhan, perdebatam,
celaan dan saling menghajr di antara para penuntut ilmu
Dari hati yang penuh dengan kepedihan
dikarenakan perpecahan, perselisihan dan pertikaian
Dari hati yang sakit dikarenakan banyaknya
orang yang ragu dan bimbang di dalam mencari kebenaran beserta para
penegaknya
Kepada hati yang memahami kata-kata ini
Kepada hati yang senantiasa berbaik sangka
Kepada hati yang merasa sakit terhadap
fenomena yang menimpa para penuntut ilmu
Ini semuanya… Bertujuan agar kita
mempersatukan barisan dan kalimat sesuai dengan bimbingan kitab Rabb
kita Azza wa Jalla dan Sunnah Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa Salam
serta manhaj para salaf kita yang shalih Ridlwanhullahu ‘alaihi
ajma’in…
Tentang Niat
Ali bin Fudhail berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, betapa
manisnya perkataan para Sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
Salam.”
Ayahnya berkata, “Wahai anakku, apakah kamu mengetahui apakah
yang menyebabkan perkataan mereka menjadi manis?”
Ali menjawab, “Tidak wahai ayahku.”
Ayahnya berkata, “Karena dengan perkataan tersebut mereka
menginginkan Alloh.”1
Abdullah bin Muhammad bin Munazzil bercerita, bahwa Hamdun
bin Ahmad pernah ditanya : “Kenapa perkataan salaf lebih bermanfaat
daripada perkataan kita?”
Hamdun menjawab, “Karena mereka berbicara demi kemuliaan
Islam, kesematan jiwa-jiwa dan keridhaan ar-Rahman. Sedangkan kita
berbicara demi kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan ketenaran di
hadapan manusia.”
Tentang Nasehat Menasehati
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Agama itu
nasehat”, kami bertanya, “untuk siapa?”, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam menjawab : “Untuk Alloh, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Nya,
para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum.” (HR Bukhari,
no. 55).
Di antara hal yang paling berharga yang saya peroleh dari
guru saya yang mulia, Ali bin Hasan bin Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari
–semoga Alloh menjaga dan meluruskan langkah beliau-, beliau berkata
kepadaku : “Wahai saudaraku, jika kamu melihat kesalahan padaku, maka
wajib bagimu untuk menegur kesalahanku tersebut. Jika hal itu salah,
maka saya pasti akan bertaubat. Jika saya nilai teguranmu salah, niscaya
saya akan menjelaskan yang benar…2
Kemudian wahai saudaraku, janganlah kamu sembunyikan apa yang
kamu lihat di dalam hatimu, padahal hal itu kamu nilai sebagai suatu
kesalahan. Saya adalah seorang manusia yang bisa salah dan akan salah
serta bersalah. Jika kamu tinggalkan teguran, niscaya akan bertumpuk
kesalahan-kesalahanku sampai menjadi suatu kebencian antara diriku dan
dirimu, dan ini adalah perkara yang saya tidak menyukainya dan tidak
menginginkannya.”
Tentang Menetapi Kejujuran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Wajib
atas kalian untuk berpegang teguh dengan kejujuran, karena sesungguhnya
kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan
membawa kepada surga, dan seorang yang senantiasa jujur dan menetapi
kejujuran, niscaya akan dicatat di sisi Alloh sebagai seorang yang amat
jujur. Dan berhati-hatilah kalian dari berdusta, karena sesungguhnya
kedustaan itu akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan akan membawa
kepada neraka, dan seorang yang senantiasa berdusta dan berpegang teguh
dengan kedustaan niscaya akan dicatat di sisi Alloh sebagai seorang
pendusta.” (HR Muslim, no. 2607, 105 dan ini lafazhnya dan juga oleh
al-Bukhari no. 6094).
Alloh berfirman : “Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al-Mukmin : 28)
Alloh berfirman : “Dan sesungguhnnya telah merugi
orang-orang yang mengada-adakan kedustaan.” (QS Thoha : 61).
Alloh berfirman : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
pengelihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan
jawabnya.” (QS al-Isra’ : 36).
Tentang Hasad dan Pelakunya
Sangat disayangkan, ada di antara para penuntut ilmu syar’i
yang memiliki sifat hasad. Dan sangat disayangkan lagi, orang tersebut
ketika dia berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang dia hasadi,
dia menjadikan sifat hasadnya itu berkedok agama seolah-olah untuk
mendekatkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dengan tujuan agar
nampak di hadapan masyarakat, bahwa tujuannya adalah demi menjaga dan
melindungi Islam dan kaum muslimin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
“Berhati-hatilah kalian dari berprasangka, karena sesungguhnya
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kalian
saling berbuat najasy3. Janganlah kalian saling berlaku hasad dan
saling membenci serta mengunggulkan diri. Akan tetapi jadilah kalian
hamba-hamba yang bersaudara.” (HR al-Bukhari).
Tentang Fitnah
Betapa banyak orang yang tenggelam di dalam fitnah, bahkan
betapa banyak para pemicu fitnah!!! Alloh Ta’ala berfirman : “Dan
peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya.” (QS al-Anfaal : 25)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Ya
Alloh, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kembali kepada
kekufuran (murtad) atau terfitnah dalam urusan agama kami.” (HR
al-Bukhari no. 6593 dan Muslim, no. 2293).
Tentang Perpecahan dan Perselisihan
Alloh Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas
kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat, Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada
pula muka yang hitam muram. adapun orang-orang yang hitam muram
mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu
beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”.” (QS
Ali Imran : 102-106)
Dan Alloh berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah
belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun
tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah
terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka
apa yang Telah mereka perbuat.” (QS al-An’am : 159)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata :
“Perselisihan itu tercela dari dua sisi, terkadang sebabnya adalah niat
yang jelek dikarenakan di dalam jiwanya ada kezhaliman, hasad dan
keinginan menjadi terkemuka di muka bumi dengan cara yang buruk atau
yang semisal dengannya, maka hal ini akan menjadikannya senantiasa
mencela perkataan dan perbuatan orang lain, atau berusaha
mengalahkannya dengan tujuan tampil beda, atau senang terhadap perkataan
yang sesuai dengannya, baik karena senasab, semadzhab atau nepotisme
dan yang semisalnya. Dikarenakan hal itu akan menjadikannya dihormati
dan mendapatkan kepemimpinan. Dan betapa banyaknya hal ini terjadi di
antara bani Adam. Ini merupakan suatu kezhaliman yang terkadang juga
sebabnya adalah kebodohan kedua belah fihak yang berselisih tentang
hakekat permasalahan yang mereka perselisihkan. Atau kebodohan tentang
dalil yang bisa memuaskan fihak yang lain atau kebodohan salah satu
fihak akan kebenaran yang ada di fihak lain, baik dari segi hukum
ataupun dalilnya, atau tidak tahu siapa orangnya yang bisa menunjukkan
kebenaran baik dari segi hokum maupun dalilnya.”
Berusaha Keras Untuk Memasukkan Manusia ke Dalam Manhaj Yang
Benar, Bukan Malah Mengeluarkan Mereka Darinya
Wajib bagi para penuntut ilmu untuk berusaha keras memasukkan
dan membimbing manusia agar masuk ke dalam manhaj yang benar, bukannya
malah menjadikan mereka menjauh atau bahkan mengusir mereka dengan
alasan demi menjaga manhaj dari orang-orang yang memiliki
syubhat-syubhat.
Subhanalloh!!! Seakan-akan mereka telah bersih dari berbagai
syubuhat dan mencapai derajat para Malaikat dan Nabi.
Wahai pemilik propaganda ini, wajib bagi kalian mengoreksi
diri kalian terlebih dahulu4, dan jika kalian bisa memperbaiki
kesalahan dan syubhat yang menimpa saudara-saudara kalian, maka
lakukanlah tanpa menjadikan mereka keluar atau terusir –seperti yang
dilakukan kaum hizbiyun-5. Jika kalian tidak bisa melakukan itu, maka
tinggalkanlah mereka untuk dinasehati oleh orang-orang yang berpengaruh
terhadap mereka dan mampu mengobati mereka dengan cara yang lebih baik
dan lurus.
Menggelari Manusia Dengan Gelar-Gelar Khusus Bagi
Ahli Bid’ah
Sangat disayangkan, sebagian pemuda kita memilih metode
menggelari manusia dengan gelar-gelar yang tidak pantas, sehingga
mereka akan lari menjauh.
Tindakan ini sangat mirip dengan orang-orang yang
berpemikiran takfir6, Anda akan mendapati di antara mereka ada
seseorang yang tidak duduk di dalam suatu majlis melainkan membicarakan
masalah takfir, si A kafir, pro ini kafir, umat ini kafir dan
seterusnya… sampai-sampai ia menilai semua orang kafir kecuali dirinya
dan orang-orang yang mendukungnya.7
Begitulah para pemuda –semoga Alloh Azza wa Jalla memberikan
petunjuk kepada mereka-, mereka tidaklah duduk di suatu majlis
melainkan mengatakan Qutbi, Sururi8 dan ini termasuk ahlul bid’ah dan
ini ahlul ahwa’, yang ini sesat menyesatkan dan yang ini dianggap
seperti mencela, dan ini… sampai dia berpendapat tiada seorangpun yang
berada di atas manhaj yang benar kecuali dirinya dan yang mendukungnya,
sedangkan yang lainnya menyimpang dan sesat…9.
Alloh Ta’ala berfirman : “(Ingatlah) di waktu kamu menerima
berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu
apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu
yang ringan saja. padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS an-Nuur
: 15).
CATATAN
KAKI :