Senin, 24 Februari 2014

pahit manis nya kehidupan di pesantren..

Bagi teman-teman yang pernah merasakan kehidupan di pesantren tentunya terkadang merasakan indahnya hidup di pesantren. Ada suka dan ada duka, hidup berjama’ah dengan teman-teman. Merasakan indahnya kebersamaan, makan bersama, tidur bareng, sholat berjamaah, belajar bareng dan seabrek kegiatan yang sudah ditetapkan oleh pesantren.
Ketika pagi menjelang jam 03.00 kegiatan pesantren sudah mulai mun...cul aktivitasnya, ada yang sholat tahajjud, ada yang sudah mandi ada yang tadarrus , belajar dan berbagai macam aktivitas yang layakynya dilakukan oleh seorang santri.
Memang kehidupan dipesantren dapat membuka wacana seseorang tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan tanpa keegoisan semata, ketika ada sahabatnya sakit bersama-sama membantu, mencucikan baju, menjaganya sampai merawatnya hingga sembuh. Subhanallah, benar-benar indah bukan??
Ketika shubuh menjelang, bersama-sama kita pergi ke masjid, sholat shubuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan tadarrus dan kajian, lantas piket membersihkan pesantren agar nampak indah dan bersih. Selepas itu mandi dan k dapur tanyain idam. ke kempus. Ketika sore menjelang, kembali kita menyibukkan diri untuk tetap mengingat Allah, sholat magrib, tahsin, kajian dan belajar.
Akan tetapi, terasa lebih indah apabila semua itu dilaksanakan semata-mata untuk mencari ridho Allah. Seberapapun amal kita apabila dilakukan dengan niat “tabarruj” maka tidak ada berkahnya. Bukan pahala yang didapat.
Satu hal yang membuat aku menjadi bertahan dipesantren adalah sikap zuhud dan kekeluargaannya yang bikin aku betah. Sewaktu pertama kali aku tinggal dipesantren benar-benar dech…. Serasa berada di “dunia lain”, aku yang tak biasa makan bersama dalam 1 piring, aku yang tak biasa mencuci baju sendiri, aku yang tak biasa mengepel lantai,nyapu, buang sampah,membersihkan kamar mandi (piket), merasakan ini benar-benar sebuah paksaan. Tetapi setelah 1 tahun aku tinggal dipesantren aku baru bisa merasakan betapa nikmatnya hidup di pesantren. Seakan selalu mengingat akhirat dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Insya Allah….
Namun, dibalik semua itu tidak semua anak yang dimasukkan oleh orang tuanya ke dalam pesantren adalah anak yang benar-benar baik, ada juga anak yang memang “nakal” dan tujuan orangtuanya memasukkan ke dalam pesantren adalah agar dia dapat terwarnai oleh teman-temannya yang sholeh-sholehah. Bukan malah dia yang terwarnai akan tetapi kadang-kadang kehadiran santri “bengal” ini justru mewarnai teman-temannya agar menjadi “nakal” seperti dirinya.
Dan aku merasakannya di dunia pesantren ini, ada aja ulah santri yang terkadang hampir-hampir saja aku ikut terjerumus. tanpa rasa takut ada aja yang dengan bangga menyanyikan lagu-lagu yang “kurang sopan” seperti dangdutan dan lain-lain.
Adalagi yang selalu saja menyalahkan teman-temannya, menganggap dirinya paling benar. Ada juga yang merasa dirinya paling ganteng , paling imut dan paling bersih padahal kalau kita berkunjung kerumahnya aja ups… kotor bin kumuh. Ada lagi yang selalu mencari-cari kesalahan oranglain….. ada yang cuek, ada yang suka membuang sampah sembarangan (bisa-bisanya makan lantas sampahnya diletakkan disamping kasurnya ughhh), yang lebih parah dunia pesantren identik dengan kudis dan “kutu” kalau satu santri udah kena pasti dijamin yang lain akan kena waduh ngeri………. ada -ada saja kejadiannya. yah inilah kehidupan pesantren kita harus bisa membedakan yang baik dan yang benar. Karena semua itu adalah proses kita sebagai manusia dalam hidup.
tpi ana skarang udah gk di pesantren lagi.. kadang ana sangat knegn sma kebiasaan ana dlu . suka ngotak atik barang mpe ruak . hehehee tpi kadang ana bsa bnerin sesuatu yg rusak .. dan skarang ana pingin balik lgi ke pondok . ana pingin blajar lgi .... karna tertarik dngan ilmu nya..

Salam Pesantren
MUKHTAR BOLI MARAN