Kamis, 08 Maret 2012

CINTA DAN KASIH SESAMA MUSLIM

menggariskan hubungan antara manusia dengan Al Khaliq, dengan diri sendiri dan sesama manusia. Terpulang kepada penganutnya untuk menterjemahkannya dalam kehidupan ini atau tidak.

Hati kita pasti sedih melihat pembunuhan antara Siunni dan Syiah, polemik kafir-mengkafir hatta sampai perseteruan perkara remeh di jalan raya, antara anak-anak, sesama rakan kerja dan mungkin juga jiran sekampung. Dalam dunia tanpa sempadan hari ini, perkelahian itu adakalanya muncul di alam maya.

Hati ini lebih sedih jika permusuhan itu berlaku antara gerakan Islam. Ya, memang kita wajib saling muhasabah wajib juga menerima muhasabah yang syar’i. Yang wajib ditegur adalah penyimpangan fikrah dan tindakannya dari Islam. Tetapi haram hukumnya menyerang sesebuah gerakan kerana gerakan itu sendiri bukan fikrahnya. Senang kata serangan peribadi, apatah lagi jika serangan itu dari sumber yang tidak pasti dan mengandungi unsur fitnah. Sebaliknya, hendaklah muhasabah atau teguran itu dari niat yang ikhlas, bersandarkan nas yang paling kuat dan disampaikan dengan menjaga ukhwah Islamiah atas rasa cinta dan kasih sesama Muslim.

Pandangan Ulama Tentang Cinta dan Kasih

Allah berfirman yang bermaksud:
Nescaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. (TQS Ali Imran : 31)
Sesunggahnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir (TQS Ali Imran:32)
Al-Baidhawi menafsirkan pasti Allah akan redha kepadamu. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala dan ampunanNya bagi mereka.
Al Azhari berkata, ‘ Cinta Allah kepada hambaNya adalah memberikan kenikmatan kepadanya dengan memberi ampunan’.
Sufyan bin Uyainah menafsirkan, Allah akan mendekatkan padamu. Cinta adalah kedekatan.

Cinta dan Kasih Sesama Muslim

Mahabbah (cinta) merupakan salah satu kecenderungan yang akan membentuk nafsiyah seseorang. Kecenderungan ini terkadang bersifat fitri seperti sayang kepada anak. Ia juga boleh berdasarkan pemahaman(mafhum), seperti kasih sayang antara Anshar dan Muhajirin.

Kasih sayang sesama Muslim hukumnya wajib. Dalilnya adalah firman Allah swt:


Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersifat lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurnia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (TQS Al Maidah:54)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame mereka… (TQS Al Fath:29)

Dari Anas ra, Nabi saw bersabda yang bermaksud:
Ada tiga perkara, yang sesiapa memilikinya ia telah menemui kemanisan iman. Iaitu orang yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari yang lain, (kedua), orang yang mencintai seseorang hanya kerana Allah, (ketiga) dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka. (Mutafaq’alaih)

Cinta dan benci itu wajib disandarkan kepada hukum Allah. Cinta kerana allah adalah mencintai hamba Allah kerana keimanan dan ketaatanya kepada hukum Allah. Benci kerana Allah adalah membenci Hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya.

Sunguh besar balasan oranng yang mencintai kerana Allah swt. Dalam sebuah hadith Qudsi Riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya kelak di hari Kiamat Allah akan berfirman, “ Di mana orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan kepadanya dalam naungan Ku di saat tiada naungan kecuali naungan Ku”
Allah ‘Azza wa jalla berfirman, “ Orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan Ku, mereka mendapat mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi dan syuhada pun tertarik dengan mereka. (HR: Tirmizi, Hasan shahih)
Banyak lagi nas-nas menceritakan tentang kewajipan dan pujian kasih sayang sesama Muslim.

Jadi Bagaimana Kita?


Kita wajib menjalinkan uhkwah islamiah sesama Muslim. Wajibnya juga menyampaikan dakwah dan saling muhasabah atas tindakan yang bertentangan dengan hukum Islam. Di sisi lain wajib juga menerima muhasabah syar’ie dengan ikhlas dan jujur. Sampaikan dakwah dengan uslub yang tidak merosakkan ukhwah Islamiah. Bergaullah sesama Muslim dengan penuh kasih sayang, tolong- menolong dan saling menghormati.

Semoga Allah meredhai kita semua, mendapat naunganNya di mimbar-minbar di Yaumil Mahsyar di kelak hingga para Nabi dan syuhada pun tertarik kepada kita, amin.

Sayang-sayangan Yuk!!!!!!!

Bissmillaahirahmaanirrahiim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saya awali tulisan ini dengan ucapan salam, ucapan sebagai tanda kasih dan sayang kepada saudara kita sesama muslim. Sebuah doa yang apabila kita hayati benar-benar ketika kita mengucapkannya ( red: mendoakan) kepada saudara kita atau ketika kita mendengarkan ucapan salam yang ditujukan kepada kita sudah pastilah akan tumbuh rasa sayang yang mendalam di antara kita, tentunya rasa sayang yang dilandasi karena Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam,
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, katanya: “Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Tidak akan masuk syurga engkau semua itu sehingga engkau semua beriman dan tidak akan dinamakan beriman engkau semua itu sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Tidakkah engkau semua suka kalau saya menunjukkan kepadamu semua pada sesuatu yang jikalau engkau semua melakukannya tentu engkau semua akan saling cinta-mencintai? Yaitu ratakanlah salam antara sesamamu semua!” (Riwayat Muslim), hadis no.845 Kitab Riyadus Shalihin.
Bagaimana tidak jika kita bisa menghayati makna yang terkandung dalam ucapan salam tersebut. Ucapan salam memiliki makna, “Keselamatan, rahmat (kasih sayang), dan barakah Allah semoga selalu menyelimuti atasmu – wahai saudaraku -”. Inilah ucapan mulia dari saudara kita yang menghendaki akan keselataman baik di dunia dan di akhirat, serta rahmat dan barakah yang datangnya dari sisi Allah Subhanahu wata’ala. Yang kita mengetahui bahwasanya rahmat Allah lah yang menjadikan manusia bisa memasuki surga-Nya dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
Memang ini hanyalah sebuah kalimat pendek dalam bahasa arab yang Allah Subhanallaahu wata’ala ajarkan kepada kita, tetapi memiliki makna yang begitu dalam. Doa ini sudah Allah ajarkan kepada Adam Alaihissalam, bapak kita, setelah penciptaannya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam,
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam, sabdanya: “Ketika Allah Ta’ala menciptakan Adam, lalu Dia berfirman: Pegilah- hai Adam – lalu ucapkanlah salam kepada mereka yaitu kelompok para malaikat yang sedang duduk-duduk, kemudian dengarlah bagaimana cara mereka memberikan penghormatan itu padamu, karena sesungguhnya yang sedemikian itulah cara engkau harus memberikan penghormatan dan juga cara penghormatan untuk semua keturunanmu.” Adam lalu mengucapkan: Assalamu ‘alaikum. Kemudian para malaikat menjawab: Assalamu ‘alaika warahmatullah. Jadi mereka menambahkan untuknya kata-kata warahmatullah.” (Muttafaq ‘alaih), hadis no.843 Kitab Riyadus Shalihin.
Demikianlah bagaimana Allah Subhanahu wata’ala mengajarkan ucapan salam kepada Adam Alaihissalam dan berlaku juga untuk seluruh keturunannya, yaitu kita semua. Kita diajarkan untuk menjawab salam dengan ucapan yang lebih baik atau minimal yang serupa. Hal ini diperintahkan Allah Subhanahu wata’ala dalam firmannya,

وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

“Jikalau engkau semua diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan – yakni salam -makajawablah penghormatan – atau salam itu- dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang serupa dengannya.” [An-Nisa' (4): 86)
Itulah keutamaan (sunah) mengucapkan dan perintah (wajib) untuk menjawab salam minimal dengan jawaban yang serupa.
Untuk lebih jelasnya tentang ucapan salam ini, silahkan baca Kitab Riyadhus Shalihin Karya Imam An Nawawi. Bab 131 – 143.
Wallahu’alam bishawab.

Sekilas Dalil Hukum Karma Dalam Islam


Hukum Karma
Interaksi antar individu, merupakan dasar "sosial". dengan ini, manusia, akan dihargai, dihina oleh individu yang lain. Ada hukum timbal balik yang dikenalkan oleh islam. sebuah hadits riwayat al-imam al-Tirmidzi, Rasulullah menegaskan :

الراحمون يرحمهم الرحمن, إرحموا من في الأرض, يرحمكم من في السماء

Orang-orang yang memiliki kasih sayang (pada yang lain), maka disayang oleh dzat yang maha penyayang, sayangilah yang ada dibumi, maka kau akan disayangi oleh yang dilangit.

Dari sini terlihat jelas, ada timbal balik. Ketika seseorang ingin disayangi oleh orang lain, maka sayangilah orang lain. Dan ternyata, timbal balik ini bukan hanya dalam hal “kasih sayang saja” akan tetapi lebih dari itu. Karena dari mafhum mukholafahnya (dibalik). Maka bisa disimpulkan, jika anda ingin dihina orang lain, maka hina orang lain.

Konsep timbal balik ini, mungkin bisa kita artikan dengan “hukum karma” yang kita kenal. Dalam hadits lain Rasulullah juga dawuh (dalam al-mustadrak lil imam Hakim“
بروا أباءكم تبر أبناءكم

Berbaktilah pada orang tuamu, niscaya anak-anakmu kelak akan berbakti kepadamu”

Maka semakin jelas hukum timbale balik ini memeng ada dalam agama (islam). sehingga wacana “Hukum Karma” juga perlu diwaspadai dan disikapi. Wallahu a’lam.