Senin, 16 Januari 2012

» Ta'aruf praktis bagaimana yaa?? .. ini solusinya..:)

Jika pacaran dilarang didalam Islam, bagaimana muda-mudi Islam mendapatkan pasangan mereka?”



Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh


Pertanyaan yang biasanya sering saya dapat dari muda-mudi adalah, “Apakah orang islam pacaran?” dan “jika mereka tidak pacaran, bagaimana cara mereka memutuskan siapa yang akan mereka nikahi?”







“Pacaran” sebagaimana dipraktekkan hampir diseluruh belahan dunia tidak dikenal di dalam Islam — dimana seorang pemuda dan seorang pemudi (atau boys en gals) memiliki hubungan yang intim, mesra, menghabiskan waktu bersama-sama, “saling mengenal” dengan cara yang sangat akrab meski mereka telah memutuskan untuk menikah, terlebih lagi bagi mereka yang belum memutuskan untuk menikah. Secara sederhana, didalam Islam hubungan yang akrab sebelum menikah(pacaran — premarital relationship) dalam bentuk apapun antara dua manusia lain jenis adalah haram.

Menentukan pilihan atas seorang yang akan kita nikahi adalah keputusan yang sangat penting yang akan kita buat dalam hidup kita. Seharusnya hal itu tidak dianggap enteng, atau diabaikan atau sekedar mengikuti hormon. Hal tersebut harus kita prioritaskan, sebagaimana keputusan-keputusan besar lainnya sepanjang hidup - dengan doa(keterlibatan Allah SWT), dengan kehati-hatian, dan keterlibatan keluarga dan teman-teman terpercaya.
Jadi, bagaimana pemuda-pemudi Islam memanage hal ini pada masa sekarang? Pertama-tama, muda-mudi Islam harus memperkuat persahabatan, ukhuwah islamiyah, dengan sesamanya (bukan sebaliknya, berakrab-akrab ria dengan lawan jenis). Kemudian komunitas “sister” dan komunitas “brother” ini akan saling menguatkan, dan saling memperbaiki diri dan kehidupan mereka. Ketika seorang muda-mudi siap untuk menikah, maka ada beberapa langkah yang bisa diambil :

Perbanyaklah berdoa kepada Allah SWT, mohonkanlah agar Allah SWT memberikan kemudahan dalam rangka menjemput jodoh yang baik dan tepat bagi mereka.

Ajaklah keluarga untuk berdiskusi, tentang berbagai hal, mengenai calon dsbnya. Jika dianggap perlu, keluarga inti dapat mengajak keluarga besar yang lain yang dapat dipercaya untuk bertukarpikiran. Biasanya ayah atau ibu mendekati keluarga lain untuk mengadakan pertemuan.

Kemudian masing-maisng calon setuju untuk mengadakan pertemuan yang ditemani oleh muhrim masing-masing, atau teman-teman yang dapat dipercaya. Dari Umar, bahwa Rasululah SAW bersabda “ Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang perempuan, kecuali disertai mahramnya “(Bukhari/Muslim). Rasulullah SAW dalam kesempatan lain bersabda “Tidaklah seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) kecuali yang ketiganya adalah syaithan”(tirmidhi). Ketika pemuda-pemudi mulai memiliki rasa untuk saling mengenal, maka kondisi berdua-duan keduanya akan menjadi godaan untuk melakukan perbuatan maksiat. Disetiap waktu, umat Islam harus mengikuti aturan perintah Allah SWT yang termaktub didalam Al Quran (An Nur: 30-31) agar “..rendahkanlah pandangan mereka dan jagalah kemaluan mereka..”. Islam mengenalkan bahwa kita adalah manusia yang memiliki kelemahan, dan aturan ini untuk menjaga kita.

Keluarga kemudian menyelidiki calon lebih jauh - berbicara dengan teman-temannya, keluarganya, guru ngajinya, teman-teman kerjanya dsbnya. untuk mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang sifat dan karakter sang calon.

Masing-masing calon melaksanakan sholat Istikharah (memohon petunjuk yang terbaik atas pilihan yang ada) agar mendapat kemantapan hati dari Allah SWT dalam membuat sebuah keputusan.

Jika cocok, maka masing-masing calon menyegerakan pernikahan. Jika tidak maka berpisah dengan baik-baik. Islam memberikan hak penuh bagi muda-mudi untuk memilih calonnya masing-masing - mereka tidak boleh dipaksa untuk menikah jika mereka tidak menginginkannya.

Cara meminang terfokus seperti ini membantu untuk menjamin kekuatan pernikahan, yang dibangun dengan kebijaksanaan dan petunjuk dari keluarga dalam keputusan hidup yang penting. Keterlibatan keluarga dalam usaha menjemput pasangan akan memberikan jaminan bahwa pilihan yang kita buat tidak didasarkan nafsu semata, tetapi lebih kepada bentuk keseriusan, kehati-hatian, pertimbangan yang objektif, atas kecocokan dan kesesuaian dengan calon pasangan. Itulah kenapa pernikahan yang diawali dengan proses seperti ini seringkali sukses dunia akhirat, insyaAllah. Wallahu’alam.


Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar