Senin, 16 Januari 2012

» KEKUATAN HUSNUDZON

Alkisah di negeri antah berantah hiduplah seorang ayah yang memiliki 2 orang putri. Mereka berdua sebaya, tapi sikap mereka terhadap segala sesuatu sangat berbeda. Putri pertama selalu curiga terhadap segala sesuatu, selalu berburuk sangka, hingga ia pun diberi nama putri su’udzon. Sedangkan putri yang kedua selalu berbaik sangka dalam menghadapi segala sesuatu, maka ia diberi nama putri husnudzon.

Suatu hari ayah mereka ingin memberi kedua putrinya hadiah. Sang ayah tahu bahwa putri pertama sangat menyukai perhiasan, sementara sang adik sangat menyukai kuda. Dibelikannya kalung yang sangat mahal dan indah untuk sang kakak. Sedangkan untuk sang adik, sang ayah ingin menguji, ia hanya memberi satu kotak tahi kuda.

Apa yang terjadi?

Ketika putri su’udzon diberi kalung indah tersebut, sama sekali tidak ada senyum di wajahnya, bahkan keningnya mengernyit. “Jangan-jangan ini kalung imitasi, atau… sepertinya kalung ini sudah dicoba oleh ribuan leher, ahh… kado yang sangat menyebalkan, seharusnya aku sendiri yang memebelinya agar aku yakin.” gerutunya. Tidak ada ucapan terima kasih, tidak ada pancaran kegembiraan, yang ada hanyalah tampang asam dan kecut.

Ketika giliran putri huznudzon yang diberi kotak hadiahnya yang berisi tahi kuda, tiba-tiba saja ia berteriak luar biasa kencang dan girangnya. “Ayaaah…. oh ayaaaahhh….. terimakasiiiih… ayah sembunyikan di mana kudanya? Ayolah katakan padaku… ayah sembunyikan di mana kuda untukku?”

Sang ayah pun tersenyum, betapa bahagianya ia melihat putri bungsunya itu bergembira hanya dengan sebuah kado sekotak tahi kuda, bahkan mengira sang ayah telah menyembunyikan kado yang sesungguhnya, yaitu seekor kuda. Demi memenuhi prasangka baik putrinya dan demi melihat kebahagiaan di wajah putrinya itu, sang ayah pun akhirnya benar-benar memberikannya seekor kuda.



Pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita di atas?

Bahwa kita tidak akan mendapatkan lebih dari apa yang kita sangkakan.

Jangan sampai kalung indah dan berharga yang Allah hadiahkan untuk kita, kita sambut dengan muka masam dan selalu bersikap penuh curiga, sehingga kalung itu tak lebih bagaikan kalung imitasi yang tak berharga bagi kita. Padahal banyak sekali saudara-saudara kita di luar sana yang mendapat “sekotak tahi kuda” dari Allah, tapi karena mereka berprasangka baik, mereka bersyukur, dan Allah memang Maha Pengasih dan Maha Kaya, akhirnya Allah pun memenuhi prasangka baik mereka itu…

Apa yang kita dapatkan adalah buah dari pikiran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar