Ujub adalah sikap kagum dan membanggakan diri sendiri. Merasa suatu keberhasilan
merupakan hasil ilmunya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: Ada tiga perkara yang membinasakan seseorang :
1. Hawa nafsu yang diperturutkan,
2. Kekikiran yang dipatuhi, dan
3. Kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Ujub membuat seseorang lupa daratan, terjebak dalam riya’ dan syirik.
Allah
SWT berfirman, ''Maka apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Kami,
kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat, ia berkata,
'sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku'.
Sesungguhnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak
mengetahui.'' (QS Azzumar (39) : 49).
Pada dasarnya manusia
hidup saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Tanpa bantuan orang
lain kita tidak bisa menikmati hidup di masyarakat umum. Pemimpin tanpa
bantuan bawahannya tidak mungkin bisa menyelesaikan tugas-tugasnya.
Orang kaya tidak akan bisa menikmati kemewahan hidup tanpa bantuan
orang miskin. Begitu juga sebaliknya, bawahan tidak akan maju tanpa
pemimpin. Orang miskin membutuhkan santunan orang-orang kaya.
Allah
SWT berfirman, ''Qorun berkata 'sesungguhnya aku hanya diberi harta itu
karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya
Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
dari padanya, lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
dipertanyakan kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa
mereka.'' (QS Alqasas (28) : 78).
Di sini jelas, Allah SWT
menganjurkan kepada kita untuk memiliki sikap rendah hati dan rendah
diri di hadapanNya. Karena apa yang kita peroleh dan miliki di dunia
ini, hanyalah semata-mata ujian hidup dalam memegang keteguhan dan
keyakinan iman dalam hati tentang eksistensi Allah Azza Wa Jalla. Sifat
ujub bisa dihindari dengan cara berbagi kebahagiaan dengan sesama,
belajar menghargai pendapat dan pekerjaan orang lain, tidak
membeda-bedakan derajat dan membiasakan bersikap tawadhu. Itu semua
merupakan wujud syukur kita kepada Allah atas apa yang telah
diberikan-Nya. Sekarang sudah saatnya kita menghilangkan sifat ujub dan
mulai menghisab semua yang telah kita perbuat dan bangga-banggakan.
Jangan sampai dosa-dosa kita menutupi keberkahan nikmat yang kita
peroleh dan miliki. Semoga dengan sikap itu, kita terhindar dari sifat
ujub dan menjadikan diri ini lebih peduli dan lebih menghargai sesama….
Wallahu a'lam bish-shawwab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar